Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Cinta yang Tak Terekspos di Relief Candi Borobudur

© Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media Louie Buana, salah satu tim ahli penyusun narasi legenda Borobudur UGM di Candi Borobudur menceritakan kisah relief di salah satu bagian Candi Borobudur

taukah-anda.com - Magelang - Pemerintah menetapkan Candi Borobudur sebagai salah satu destinasi super prioritas. Banyak cerita yang bisa dilihat dari relief di bangunan peninggalan Wangsa Syalendra tersebut.

Candi Borobudur yang berada di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah dikenal sebagai objek wisata baik turis mancanegara maupun domestik.

Kebanyakan traveler yang datang menuju bangunan peninggalan Wangsa Syalendra tersebut masih sebatas melihat-lihat stupa, bangunan maupun cerita pembangunan candi semata.

Banyaknya cerita dari relief Candi Borobudur membuat sebagian besar wisatawan yang datang tidak mengetahui jalan cerita tersebut.

Ternyata jika dicermati di galeri I, pada relief candi tersebut, terdapat cerita yang menceritakan kisah cinta Pangeran Sudhana dan Putri Kinnari. Cerita kisah cinta ini Pangeran Sudhana dan Putri Kinnari, belum banyak yang diketahui para traveler.

Mahasiswa UGM dari tim riset paket wisata baru di candi yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, mengungkap cerita di relief Candi Borobudur menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara

© Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media Salah satu relief di Candi Borobudur

"Sebenarnya ketika kita berbicara tentang tur Borobudur kebanyakan orang-orang hanya akan terpaku pada sejarah kapan candi ini dibangun, siapa yang membangun, bentuknya seperti apa, jadi semua yang sifatnya itu standar dan teksbook. Yang kami berusaha lakukan di interpretatif tour ini adalah kita mengangkat narasi-narasi lain yang sebenarnya layak untuk diangkat dari Borobudur itu sendiri. Jadi di sini kita lihat ada narasi seperti contohnya cerita cinta Kinnari Jataka," katanya

"Cerita yang akan kami bawakan di paket wisata ini adalah bercerita tentang kisah cinta Ratu Kinari dan Sasa Jataka atau perwujudan Budha sebagai kelinci," kata Louie Buana, salah satu tim ahli penyusun narasi legenda Borobudur UGM di Candi Borobudur, dalam Famtrip Jurnalis dari Tim Percepatan Kemenparekraf dengan UGM, Rabu (13/11/2019).

Kisah cinta Ratu Kinari dengan Pangeran Sudhana terdapat di galeri I Candi Borobudur. Kata Louie, kisah ini masih belum banyak diketahui wisatawan.

Kisah cinta Ratu Kinari dan Pangeran Sudhana diawali ketika Ratu Kinari sedang mandi bersama saudarinya di sebuah sungai, lalu dijebak oleh seorang pemburu sehingga ia kehilangan kemampuan untuk terbang.

Lanjutnya, Ratu Kinari ini ternyata adalah reinkarnasi dari Putri Yasodara, tak lain istri dari Budha di kelahiran selanjutnya. Kemudian Ratu Kinari diselamatkan oleh seorang pangeran bernama Sudhana.

"Pangeran Sudhana ini nanti akan menjadi Sidharta Gautama. Jadi ini sebenarnya kisah cinta Sang Budha yang waktu itu menyebar luas agama Budha di Asia, sehingga kemudian variasi ceritanya banyak ditemukan di seluruh Asia. Jadi di Borobudur ini asal mulanya," ujar Louie.

Tambah Louie, kisah cinta ini semakin istimewa di Candi Borobudur. Lantaran memiliki visual terkait cerita dari Ratu Kinari dan Pangeran Sudhana.

"Kalau di Indonesia itu cerita ini mirip dengan Jaka Tarub Nawang Wulan, Jawa Timur itu Aryo Menak Tunjung Wulan, di Bali ada Raja Pale dan Ken Sulasih, Sulawesi ada Wey Bungko dan Lamasora, di Aceh juga ada bahkan sampai Korea, tapi kita temukan jawabannya di Candi Borobudur," urainya.

Wisatawan dapat melihat relief kisah cinta Ratu Kinari dan Pangeran Sudhana di Galeri I belok kiri.

© Disediakan oleh PT. Kompas Cyber Media Salah satu relief di Candi Borobudur

Cerita kedua yang masih belum banyak diketahui wisatawan adalah cerita Sasa Jataka. Cerita ini mengisahkan tentang kelahiran Budha dalam wujud hewan kelinci. Kisah ini ditujukan untuk wisatawan anak-anak.

"Sasa Jataka itu memang kita susun kita peruntukkan untuk anak kecil, karena pertama ceritanya cerita fabel, jadi lebih bisa terhubung. Kedua, kita juga menekankan bahwa dulu di Indonesia ada kelinci yang seperti ini namun sekarang sudah punah. Jadi untuk generasi muda ini tanggung jawab besar untuk menjaga kebudayaan dan alam," katanya.

Kisah Sasa Jataka diawali dengan kelahiran Budha yang berwujud kelinci bernama Sasa. Karena pengorbanannya yang rela dijadikan santapan mereka yang kelaparan, maka Sasa akhirnya mendapat kesempurnaan.

Kemudian, kelinci Sasa di seluruh dunia menjadi terkenal akan perwujudannya menyerupai bulan. Cerita ini juga dipakai di seluruh dunia, seperti Jepang, Amerika.

Urai Louie, saat ini tur di Borobudur masih terpaku akan cerita sejarah ketika candi dibangun, stupa dan lain sebagainya.

Jarang wisatawan yang diceritakan tentang relief yang mewakili seluruh relief di candi Budha terbesar di dunia ini.

"Kami berusaha melakukan atau mengangkat narasi-narasi lain yang sebenarnya layak untuk diangkat. Selain dua tadi itu ada juga cerita relief tentang pijat, sesuatu yg sifatnya sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu dan tetap ada korelasinya hingga kini," ujarnya.

Dari Tim UGM, kata dia, bukan sebagai pelaksana tur di lapangan, melainkan membuat buku materi. Buku mengenai legenda Borobudur berupa penjelasan mengenai sejarahnya, titik-titik yang harus dilalui mana saja dan alat bantunya.

"Buku itu nantinya akan kita berikan kepada TO, TO, yang ada di kawasan Joglosemar ini sehingga bisa dijadikan referensi mereka dalam menjalankan tour tersebut dan memperkaya produk pariwisata. Ini penting sekali supaya kalau ke Borobudur ceritanya hanya itu-itu saja. Kita harapannya yang dilakukan ini bisa memberikan nilai tambah," katanya.

"Buku mengenai legenda Borobudur berupa penjelasan sejarahnya, titik-titik yang harus dilalui mana saja dan alat bantunya, nah nanti buku itu kita berikan pada Tour Operation yang ada di Joglosemar ini sehingga dapat jadi referensi mereka dalam menjalankan tur," tambahnya

Namun diakui Louie, bukan hanya itu yang jadi tujuan utama. Timnya menginginkan paket wisata ini dapat semakin memperkaya produk pariwisata yang ada di Candi Borobudur.


Pengunjung ke Candi Borobudur, kata dia, berada di galeri I sudah banyak ceritanya. Upaya yang dilakukan ini juga untuk memecah pengunjung agar tidak berkumpul di satu titik stupa Candi Borobudur saja.

"Ini dilakukan supaya kalau ke Candi Borobudur ceritanya gak itu-itu saja, harapannya dengan ini kita bisa berikan nilai tambah. Jadi kalau wisatawan datang, dengan naik ke galeri I saja sudah mewakili seluruh relief, ini untuk memecah waktu pengunjung agar tidak terlalu lama di candi," ujarnya.

Maka dari itu, menurut Louie, setelah mengetahui relief ini, wisatawan diarahkan untuk menuju Balai Ekonomi Desa yang ada di sekitar Candi Borobudur.

"Ini juga untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar Candi Borobudur, kan selama ini wisatawan ketika sudah ke candi lalu mereka kembali ke Yogyakarta untuk pulang," kata dia.

Sementara itu, Anggota Tim Percepatan Pengembangan Wisata Sejarah, Religi, Seni, Tradisi dan Budaya, Kementerian Pariwisata RI, Revalino Tobing mengatakan, tim percepatan ini bukan satu-satunya tim yang ada di Kemenpar. Keberadaan Candi Borobudur luar biasa sekali.

"Kami dari tim percepatan, kami bukan satu-satunya tim di kementerian. Ada banyak tim di sana, beda-beda. Kami tertarik sekali. Borobudur ini luar biasa sekali. Kalau orang hanya tahu tentang Bali, lho Borobudur juga ada. Ini juga terkenal," ujarnya.

"Jadi Borobudur yang sudah sekalian lama akan menarik sekali, kalau teman-teman dari UGM mulai merancang sebuah storytelling dan interpretatif tour, ini penting sekali. Karena jangan sampai orang datang sekali dan kemudian bosan. Sementara candinya enggak mungkin kita ubah. Ini kan beda kalau kita pergi ke Dufan. Dufan kalau enggak diubah atau diupdate ya enggak menarik. Karena kalau datang tahun tahun ini datang, 5-10 tahun lagi bawa anak dan masih kaya gitu-gitu aja orang bosan," ujarnya.

Sedangkan di Borobudur sekali sampai datang lagi bentuknya tetap sama. Untuk itu, perlu adanya polesan. "Yang perlu kita ubah adalah bukan ceritanya. Tema cerita ini harus menarik sehingga orang datang dan datang lagi, tidak monoton. Segi apa yang kira-kira mereka pengen tahu, pengen lihat, ini kita sampai," tuturnya.

Post a Comment for "Kisah Cinta yang Tak Terekspos di Relief Candi Borobudur"